MAKALAH
PENGERTIAN
DAN SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:
PSIKOLOGI
AGAMA
Dosen pengampu : H. Agus Salim S.Ag.,
M.Pd

Disusun oleh kelompok 1
:
1.
Ana Fuadah 213016
2.
Azifatul Alimah 213022
3.
Evi Muwaviqoh 213043
Semester / Kelas : IV / A1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNISNU JEPARA
2015
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikakan makalah tentang “Pengertian Dan Sejarah
Perkembangan Psikologi Agama” dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurah kehadirat beliau Nabi Agung Muhammad SAW, sebagai nabi pembawa risalah
demi kerahmatan seluruh alam serta syafa’atnya yang kita nantikan kelak di
yaumil qiyamah, Amien.
Sehubungan
dengan penulisan makalah ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu terselesainya makalah ini dan secara khusus kami tujukan
kepada :
1.
Bpk. H. Agus Salim, S.Ag., M.Pd yang
telah membimbing kami sehingga banyak sekali pengetahuan dan pengalaman yang
kita peroleh.
2.
Sahabat-sahabat semester IV Fakultas
Tarbiyah UNISNU Jepara yang telah ikut memberikan kontribusi pemikiran dalam
penulisan makalah ini.
3.
Para penulis mengenai “Pengertian Dan
Sejarah Perkembangan Psikologi Agama” yang karyanya kami kutip sebagai bahan
rujukan dalam penulisan makalah ini.
Semoga
amal baiknya mendapat balasan dari Allah SWT. Dengan ini penulis sadari bahwa penulisan makalah tentang “Pengertian
Dan Sejarah Perkembangan Psikologi Agama” sangat jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Harapan
penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para
pembaca umumnya, Amien Ya Robbal Alamin.
Jepara,
13 Maret 2015
Penyusun
Kelompok
I
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. LatarBelakang..................................................................................... 1
B. RumusanMasalah................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN............................................................................... 3
A. Pengertian
Psikologi Agama................................................................ 3
B. Sejarah
Perkembangan Psikologi Agama............................................ 8
BAB
III PENUTUP....................................................................................... 12
A. Kesimpulan......................................................................................... 12
B. Saran
danHarapan.............................................................................. 14
C. Kata
Penutup...................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manusia memiliki bermacam ragam
kebutuhan batin maupun lahir akan tetapi, kebutuhan manusia terbatas karena
kebutuhan tersebut juga dibutuhkan oleh manusia lainnya. Karena manusia selalu
membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama karena manusia merasa bahwa dalam
jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya yang maha kuasa tempat mereka
berlindung dan memohon pertolongan. Sehingga keseimbagan manusia dilandasi
kepercayan beragama. Sikap orang dewasa dalam beragama sangat menonjol jika,
kebutuhan akan beragama tertanam dalam dirinya. Kesetabilan hidup seseorang
dalam beragama dan tingkah laku keagamaan seseorang, bukanlah kesetabilan yang
statis. Adanya perubahan itu terjadi karena proses pertimbangan pikiran, pengetahuan
yang dimiliki dan mungkin karena kondisi yang ada. Tingkah laku keagamaan orang
dewasa memiliki persepektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang
dipilihnya.
Ketika mengkaji psiklogi agama, seseorang
dihadapkan pada dua hal yakni “psikologi” dan “agama”. Kedua kata tersebut
memiliki pengertian dan penggunaan yang berbeda, meskipun keduanya mempunyai
kajian aspek yang sama yaitu aspek batin manusia. Memang, manusia mungkin saja
memanipulasi apa yang dialaminya secara kejiwaan, hingga terlihat berbeda dalam
sikap dan tingkah lakunya, bahkan mungkin bertentangan dengan keadaan yang
sebenarnya.
Untuk membahas lebih lanjut mengenai
psikologi agama, maka dalam makalah berikut akan diuraikan tentang Pengertian
dan Sejarah Perkembangan Psikologi Agama.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,
maka rumusan masalahnya adalah:
1.
Apakah
pengertian dari psikologi agama?
2.
Bagaimanakah
sejarah perkembangan psikologi agama?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari
psikologi agama.
2. Untuk mengetahui sejarah
perkembangan psikologi agama.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi Agama
Psikologi agama merupakan gabungan dari dua kata yaitu psikologi dan agama.
Kedua kata ini memiliki pengertian yang berbeda.
1. Pengertian Psikologi.
Psikologi berasal dari perkataan
yunani psyce yang artinya jiwa, dan logos yang artinya ilmu. Jadi secara
etimologi psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai
macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya (ilmu jiwa).[1]
Psikologi Menurut Beberapa Ahli:
·
Menurut
Dr. Singgih Dirgagunarsa
bahwa Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku mansia.
·
Menurut
plato dan Aristoteles Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
teentang hakekat jiwa serta prosesnya sampai akhir.
·
Menurut
Clifford T. Morgan Psikologi adalah
ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.
·
Menurut
H. Sumardi, MSI Psikologi adalah ilmu
yang meneliti dan mempelajari sikap serta tingkah laku manusia sebagai gambaran
dari gejala jiwa yang berada di belakangnya.
·
Menurut
Ricard H. Thouless Psikologi adalah
ilmu tentang tingkah laku pengalaman manusia.
·
Menurut
Jalaluddin Psikologi adalah imu yang
mempalajari gejala jiwa manusia yanng normal, dewasa, dan beradab.[2].
Barangkali masih banyak lagi
definisi yang dikemukakan para ahli tentang psikologi. Tetapi dari
definisi-definisi yang telah dikemukakan di atas secara umum psikologi mencoba meneliti dan
mempelajari sikap dan tingkah laku manusia sebagai gambaran dari gejala-gejala
kejiwaan yang berada
dibelakangnya. Karena jiwa itu sendiri bersifat abstrak, maka untuk mempelajari
kehidupan kejiwaan manusia hanya mungkin dilihat dari gejala yang tampak, yaitu
pada sikap dan tingkah laku yang ditampilkannya.
Memang manusia mungkin saja
memanipulasi apa yang dialaminya secara kejiwaan, hingga dalam sikap dan
tingkah laku terlihat berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan keadaan yang
sebenarnya. Mereka yang sebenarnya sedih, dapat berpura-pura tertawa. Ataupun
karena perasaan yang sangat
gembira, dapat membuat sesorang menangis. Namun secara umum, sikap dan perilaku
yang terlihat adalah gambaran dari gejala jiwa seseorang. Sikap dan perilaku
baik yang tampak dalam perbuatan maupun mimik (air muka) umumnya tak jauh
berbeda dari gejolak batinnya, baik cipta, rasa dan karsanya.
2. Pengertian Agama.
Di dalam Agama menyangkut juga
masalah yang berhubungan dengan batin manusia. Agama sebagai bentuk keyakinan,
memang sulit diukur secara tepat dan rinci. Banyak para ahli yang berpendapat
tentang arti agama, diantaranya :
·
Menurut
Robert H. Thouless, fakta
menunjukkan bahwa agama berpusat pada Tuhan atau Dewa- Dewa sebagai ukuran yang
menentukan yang tak boleh diabaikan ( keyakinan tentang dunia lain ). Ia mendefinisikan
agama adalah sikap atau cara penyesuaian diri terhadap dunia yang mencangkup
acuan yang menunjukkan lingkungan lebih luas dari pada dunia fisik yang terikat
ruang dan waktu -the spatio-temporal physical world ( dunia spiritual ).[3]
·
Menurut
Harun Nassution, arti agama berdasarkan asal kata, yaitu al-din,
religi (relege, religare) dan agama. Dalam bahasa semit al-Din
berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab, kata Al-din (Agama)
mengandung arti mengusai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Dalam
bahasa latin kata religi (relegere) berarti mengumpulkan dan
membaca ;yang kemudian menjadi kata religare
yang berarti mengikat. Adapun kata Agama (terdiri dari a=tidak dan gam=pergi)
mengandung arti tidak pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun menurun.[4]
Bertitik tolak dari pengertian agama
berdasarkan asal katanya tersebut menurut Harun Nasution, intisarinya adalah
ikatan. Karena itu agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan
dipatuhi manusia. Ikatan dimaksudkan berasal dari suatu kekuatan yang lebih
tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan
pancaindera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan
manusia sehari-hari. Secara definitif, menurut Harun Nasution, agama adalah[5]
:
1.
Pengakuan
terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan
gaib yang mengusai manusia.
3. Mengikat diri pada suatu bentuk hidup
yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia
dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib
yang menimbulkan cara hidup tertentu.
5. Suatu system tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari
sesuatu kekuatan gaib.
6. Pengakuan terhadap adanya
kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib.
7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang
timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang
terdapat dalam alam sekitar manusia.
8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan
kepada manusia melalui seorang Rasul.
a)
Kekuatan
gaib, yang diyakini berada di atas kekuatan manusia. Didorong oleh kelemahan
dan keterbatasannya, manusia merasa berhajat akan pertolongan dengan cara
menjaga dan membina hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. sebagai
realisasinya adalah sikap patuh terhadap perintah dan larangan kekuatan gaib
itu.
b)
Keyakinan
terhadap kekuatan gaib sebagai penentu nasib baik dan nasib buruk manusia.
Dengan demikian manusia berusaha untuk menjaga hubungan baik ini agar
kesejahteraan dan kebahagiaannya terpelihara.
c)
Respon
yang bersifat emosionil dari manusia. Respon ini dalam realisasinya terlihat
dalam bentuk penyembahan karemna didorong oleh perasaan takut (agama primitif)
atau pemujaan yang didorong oleh perasaan cinta (monoteisme), serta bentuk cara
hidup tertentu bagi penganutnya.
d)
Paham
akan adanya yang kudus (sacred) dan
suci. Sesuatu yang kudus dan suci ini ada kalanya berupa kekuatan gaib, kitab
yang berisi ajaran agama, maupun tempat-tempat tertentu.
3. Pengertian Psikologi Agama
Berdasarkan pengertian
dari Psikologi dan Agama yang telah dijelaskan di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa, psikologi agama merupakan cabang dari psikologi yang meneliti dan
mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan
terhadap agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.
Berikut ini akan dikemukakan pula definisi psikologi agama menurut
beberapa ahli. Menurut Zakiah Drajat psikologi agama
adalah ilmu yang mempelajari kesadaran agama pada seseorang yang pengaruhnya terlihat
dalam kelakuan dan tindak agama orang itu. Sementara Thouless menyatakan bahwa
persoalan pokok dalam psikologi agama adalah kajian terhadap kesadaran agama
dan tingkah laku agama, atau kajian terhadap tingkah laku agama dan kesadaran
agama.[7]
Dengan demikian, psikologi agama tidak masuk dalam wilayah ajaran
dan keyakinan suatu agama atau ideologi tertentu. Hal
ini mengandung makna, bahwa psikologi agama tidak berwenang untuk mendukung,
membenarkan, menolak atau menyalahkan ajaran agama ataupun ideologi tertentu.
B.
Sejarah
Perkembangan Psikologi Agama
Untuk menetapkan secara pasti kapan
psikologi agama mulai dipelajari memang terasa agak sulit. Baik dalam kitab
suci, maupun sejarah tentang agama-agama tidak terungkap secara jelas mengenai
hal itu. Namun demikian, walaupun tidak secara lengkap, ternyata permasalahan
yang menjadi ruang lingkup kajian psikologi agama banyak dijumpai baik melalui
informasi kitab suci agama maupun sejarah agama.[8]
Perhatian secara psikologis terhadap
agama setua kehidupan umat manusia, sejak kesadaran manusia tumbuh orang telah
memikirkan tentang arti hidup. Perilaku manusia yang berkaitan dengan dunia
ketuhanan ternyata telah banyak menyita perhatian para ahli dan pada abad ke-19
perhatian tersebut dilakukan secara ilmiah lewat Psikologi Agama. [9]
1.
Psikologi
Agama abad ke-19
Pada pertengahan abad ke-19,
mentalitas modern yang tumbuh sejak abad ke-16, siap untuk berkembang secara penuh.
Dimana pada abad pertengahan tersebut, manusia dipandang menduduki tempat utama
dalam kosmos. Bumi dianggap sebagai pusat alam raya dan segala hal yang paling
indah dan tinggi. Tetapi teori Copernicus tentang matahari sebagai pusat alam
raya dan teleskop Galileo, ditambah lagi pengaruh pemikiran baru Rene Descartes
dan Isaac Newton, menjadi awal bergeraknya kekuatan baru. [10]
Terbitnya buku origin of spesies, buah karya Darwin tahun 1859,
dapat disebut sebagai langkah simbolis yang mengisyaratkan bahwa hidup manusia
sendiri dapat diamati dengan diteliti serta dibuat hipotesis secara rasonal.
Setelah dua puluh tahun sesudah
terbitya buku Darwin , Prof. Wilhem Wundt (1832-1920), dari Universitas
Leipziq, Jerman, mendirikan laboratorium untuk merancang dan memanfaatkan
metode eksperimental yang disesuaikan unuk studi tentang perilaku manusia.
Tahun 1879 disebut-sebut sebagai tahun kelahiran psikologi ilmiah modern.[11]
2.
Psikologi
Agama abad ke-20
Sumber-sumber Barat mengungkapkan
bahwa penelitian ilmiah modern di lapangan Psikologi Agama dimulai sejak adanya
kajian para antropolog dan sosiolog seperti Stanley Hall. Disamping itu
disekitar pergantian abad ke-19 dan ke-20 terbitnya dua buah buku, yaitu buku
Edwin Diller Starbuck The Psychology of Religion,
diterbitkan tahun 1899, dan kedua bukunya William James The Varieties of Religious Experience
yang terbit 1902. Kedua karya itu sangat penting dalam perintisan
penyelidikan fenomena keagamaan dari segi psikologi. Kemudian, pada awal abad
ke-20 para penulis dan peniliti bertumpu pada karya Starbuck dan James-memberi
identitas pada munculnya istilah “Psikologi Agama”.[12]
Perkembangan Psikologi Agama di
wilayah Timur (Islam) sebenarnya telah lebih dulu dilakukan atau dihasilkan
dibandingan di dunia Barat. Seperti dalam kurun waktu yang lebih awal Ibnu
Tufail (1110-1185 M) dan juga Al Ghazali (1059-1111) dalam tulisan – tulisannya
telah membahas apa yang menjadi perbincangan di dunia Barat disebut sebagai Psikologi
Agama Kemudian pada abad 20, mulai berkembang di dunia Islam tentang kajian
Psikologi Agama, antara lain Dr. Abdul Mun’in Abdul Aziz Al-Malighy misalnya
pada tahun 1955 menulis buku dengan judul Tatawwur
al-Syu’ur al-Diny ‘Inda Tifl wa al-Murahiq yang di terbitkan Dar
al-Ma’arif, Cairo, membahas masalah perkembangan rasa agama pada anak-anak dan
remaja. Dan berdasarkan konteks kejiwaan, buku ini dapat dianggap sebagai awal
dari munculnya kajian psikologi agama di kalangan ilmuwan muslim modern.[13]
Karya lain yang lebih khusus
mengenai psikologi agama adalah Ruh
al-Din al-Islamy (Jiwa Agama Islami) karangan Alif Abd al-Fatah tahun 1956.
Demikian pula pada tahun 1963 terbit buku Al-Shihah
al-Nafsiyah karangan Moustafa Fahmy. Dan banyak lagi karya karya ilmuan muslim
tentang psikologi agama. Dapat dipahami bahwa tampaknya memang perkembangan
psikologi agama di dunia Islam baru tampak sekitar abad ke-20.[14]
3.
Psikologi
Agama Di Indonesia
Di Indonesia, perkembangan psikologi agama dipelopori oleh tokoh-tokoh yang memiliki latar belakang profesi
sebagai ilmuwan, agamawan, bidang-bidang kedokteran. Diantara
karya-karya awal yang berkaitan dengan psikologi agama adalah buku Agama dan Kesehatan Badan/Jiwa (1965),
tulisan prof. dr. H. Aulia. Kemudian tahun 1975, K.H. S.S. Djam’an
menulis buku Islam dan Psikosomatik. DR. Nici
Syukur Lister, menurut buku Pengalaman dan Motivasi Beragama: Pengantar Psikologi Agama.[15]
Di lingkungan perguruan tinggi,
Psikologi Agama mulai dikenal tahun 1970-an, yaitu oleh Prof. Dr. Zakiah,
Darajat dan Prof. Dr A. Mukti Ali yang
dikenal sebagai pelopor pengembangan psikologi agama di lingkungan IAIN di
Indonesia. [16]
Pesatnya perkembangan Psikologi
Agama pada era dewasa ini ditunjang oleh kajiannya yang mencakup kehidupan
pribadi dan kelompok maupun perkembangan usia manusia, juga mengarah menjadi
ilmu Psikologi Terapan yang banyak manfaatnya. Sekarang banyak terbit buku,
jurnal, majalah tentang psikologi agama yang banyak dimanfaatkan dalam berbagai
lembaga.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Psikologi agama merupakan gabungan dari dua kata yaitu psikologi dan agama.
Kedua kata ini memiliki pengertian yang berbeda.
1.
Pengertian
Psikologi Agama
Secara umum psikologi mencoba meneliti dan
mempelajari sikap dan tingkah laku manusia sebagai gambaran dari gejala-gejala
kejiwaan yang berada
dibelakangnya. Karena jiwa itu sendiri bersifat abstrak, maka untuk mempelajari
kehidupan kejiwaan manusia hanya mungkin dilihat dari gejala yang tampak, yaitu
pada sikap dan tingkah laku yang ditampilkannya.
Agama adalah ikatan yang harus dipegang dan dipenuhi
manusia. Ikatan adalah kekuatan yang lebih tinggi dari manusia yang tidak dapat
ditangkap pancaindra, namun mampu mewarnai kehidupan.
Psikologi agama merupakan cabang dari psikologi yang
meneliti dan mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap
agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.
2.
Sejarah
Psikologi Agama
Perhatian secara psikologis terhadap agama setua kehidupan
umat manusia, sejak kesadaran manusia tumbuh orang telah memikirkan tentang
arti hidup. Perilaku manusia yang berkaitan dengan dunia ketuhanan ternyata
telah banyak menyita perhatian para ahli dan pada abad ke-19 perhatian tersebut
dilakukan secara ilmiah lewat Psikologi Agama.
Pada pertengahan abad ke-19, mentalitas modern yang tumbuh
sejak abad ke-16, siap untuk berkembang secara penuh. Dimana pada abad
pertengahan tersebut, manusia dipandang menduduki tempat utama dalam kosmos.
Sumber-sumber Barat mengungkapkan bahwa penelitian ilmiah
modern di lapangan Psikologi Agama dimulai sejak adanya kajian para antropolog
dan sosiolog seperti Stanley Hall. Disamping itu disekitar pergantian abad
ke-19 dan ke-20 terbitnya dua buah buku, yaitu buku Edwin Diller Starbuck The Psychology of Religion, dan kedua
bukunya William James The Varieties of
Religious Experience. Kedua karya
itu sangat penting dalam perintisan penyelidikan fenomena keagamaan dari segi
psikologi.
Perkembangan Psikologi Agama di wilayah Timur (Islam)
sebenarnya telah lebih dulu dilakukan atau dihasilkan dibandingan di dunia
Barat. Seperti dalam kurun waktu yang lebih awal Ibnu Tufail dan juga Al
Ghazali dalam tulisan – tulisannya telah membahas apa yang menjadi perbincangan
di dunia Barat disebut sebagai Psikologi Agama Kemudian pada abad 20, mulai
berkembang di dunia Islam tentang kajian Psikologi Agama, antara lain Dr. Abdul
Mun’in Abdul Aziz Al-Malighy menulis buku dengan judul Tatawwur al-Syu’ur al-Diny ‘Inda Tifl wa al-Murahiq, membahas
masalah perkembangan rasa agama pada anak-anak dan remaja. Dan berdasarkan
konteks kejiwaan, buku ini dapat dianggap sebagai awal dari munculnya kajian
psikologi agama di kalangan ilmuwan muslim modern.
Di Indonesia, perkembangan psikologi agama dipelopori oleh
tokoh-tokoh yang
memiliki latar belakang profesi sebagai ilmuwan, agamawan, bidang-bidang kedokteran. Diantara karya-karya awal yang berkaitan dengan psikologi agama
adalah buku Agama dan Kesehatan Badan/Jiwa (1965),
tulisan prof. dr. H. Aulia. Kemudian tahun 1975, K.H. S.S. Djam’an
menulis buku Islam dan Psikosomatik. DR. Nici
Syukur Lister, menurut buku Pengalaman dan Motivasi Beragama: Pengantar Psikologi Agama.
Pesatnya perkembangan Psikologi Agama pada era dewasa ini
ditunjang oleh kajiannya yang mencakup kehidupan pribadi dan kelompok maupun
perkembangan usia manusia, juga mengarah menjadi ilmu Psikologi Terapan yang
banyak manfaatnya.
B.
SARAN
Sebelum
membaca makalah ini, penulis menyarankan supaya pembaca memahami lebih dahulu
apa itu pengertian Psikologi Agama dan Sejarah Perkembangan Psikologi Agama .
Penulis berharap, setelah membaca makalah ini, pembaca dapat memahami dan
mengerti apa itu pengertian Psikologi Agama dan Sejarah Perkembangan Psikologi
Agama.
C.
KATA PENUTUP
Demikian makalah
yang kami susun semoga apa yang kita rumuskan,kita pelajari mendapatkan anugrah
dan inayah dari Allah serta bermanfaat bagi kita semua. Amin ya robbal alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Ahmad.
1997. PsikologiUmum. Bandung: CV Pustaka Setia
http://zempat.blogspot.com/2013/01/pengertian-sejarah-perkembangan- manfaat.html diakses pada 9 maret 2015 pukul 17:55
Baharuddin
dan Mulyono. 2008. Psikologi Agama dalam
Prespektif Islam. Malang: UIN Malang press
Arifin,
Bambang Syamsul.
2008. Psikologi Agama. Bandung: Pustaka Setia
Jalaluddin.
2012. Psikologi Agama (edisi.revisi).
Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
[2]http://zempat.blogspot.com/2013/01/pengertian-sejarah-perkembangan-manfaat.html
diakses pada 9 maret 2015 pukul 17:55
[3] Ibid., hlm.14
[4]
Jalaluddin, Psikologi Agama (edisi.revisi),
( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 12
[5] Ibid.,
[6] Ibid., hlm. 13
[7] Bambang Syamsul Arifin, Psikologi
Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm.
16
[8]
Jalaluddin, Op.cit., hlm. 27
[9]Baharuddin
dan Mulyono, Psikologi Agama dalam
Prespektif Islam, (Malang: UIN Malang press, 2008), hlm. 51
[10] Ibid., hlm. 55
[11] Ibid., hlm. 56
[12] Ibid., hlm. 58
[13] Ibid.,
hlm. 58
[14] Jalaluddin, Lok.cit., hlm. 34
[15] Ibid., hlm. 35
[16] Ibid.,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar