Sabtu, 24 Desember 2016

sistem pendidikan islam Makkah dan Madinah

MAKALAH
SISTEM PELAKSANAAN PENDIDIKAN ISLAM PERIODE MAKKAH DAN MADINAH
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah sejarah pendidikan Islam
Dosen pengampu: Mufid, M.Ag

Description: logo UNISNU.jpg

Disusun oleh:
Kelompok 2
1.      Ana Fuadah         213016
2.      Anis Ulfa R          213018
3.      Anisah Sofiyah    213019


Kelas/Semester: A1/VI
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
TAHUN 2016


DAFTAR ISI


DAFTAR ISI................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1       
A.    Latar Belakang.................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah............................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 2
A.    Sosio kultural Masyarakat Mekkah dan Madinah............................... 2
B.     Fase Makkah....................................................................................... 2
C.     Fase Madinah...................................................................................... 7

BAB III PENUTUP..................................................................................... 10
A.    Kesimpulan........................................................................................ 10
B.     Saran .................................................................................................  11

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 12



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Rasulullah adalah pendidik pertama dan terutama dalam dunia pendidikan islam. Proses transformasi ilmu pengetahuan, internalisasi nilai-nilai spiritualisme dan bimbingan emosional yang dilakukan rasulullah dapat dikatakan sebagai mukjizat luar biasa, yang manusia apa dan dimanapun tidak dapat melakukan hal yang sama.
Hasil pendidikan islam periode rasulullah terlihat dari kemampuan murid-muridnya (sahabat) yang luar biasa. Hanya periode rasulullah, fase makkah dan madinah, para aktivis pendidikan dapat menyerap berbagai teori dan prinsip dasar yang berkaitan dengan pola-pola pendidikan dan interaksi sosial yang lazim dilaksanakan dalam setiap manajemen pendidikan islam.
Gambaran dan pola pendidikan islam periode rasulullah dimakkah dan madinah adalah sejarah masa lalu yang perlu kita ungkapkan kembali, sebagai bahan perbandingan, sumber gagasan, gambaran strategi menyukseskan pelaksanaan proses pendidikan islam. Pola pendidikan masa rasulullah , tidak terlepas dari metode, evaluasi, materi, kurikulum, pendidikan, peserta didik, lembaga, dasar, tujuan dan sebagainya yang berhubungan dengan pelaksanaan pendidikan islam, baik secara teoritis maupun praktis.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sosial kultural masyarakat makkah dan madinah?
2.      Bagaimana pelaksanaan pendidikan islam periode makkah?
3.      Bagaimana pelaksanaan pendidikan islam periode madinah?



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sosio kultural Masyarakat Mekkah dan Madinah
Kondisi sosio kultural masyarakat Arab  pra-Islam. Terutama pada masyarakat Makkah dan Madinah sangat memengaruhi pola pendidikan periode Rasulullah di Makkah dan Madinah. Secara kuantitas orang-orang yang masuk Islam pada fase Makkah lebih sedikit dari pada fase Madinah. Hal tersebut diantaranya disebabkan oleh watak dan budaya nenek moyang mereka, sedangkan masyarakat Madinah lebih mudah dimasuki ajaran Islam karena saat kondisi masyarakat, khususnya Aus dan Khajraz, sangat membutuhkan seorang pemimpin, untuk melenturkan pertikaian sesame mereka dan sebagai “pelindung” dari ancaman kaum yahudi, disamping sifat penduduknya yang lebih ramah yang dilator belakangi kondisi geografis yang lebih nyaman dan subur. Penulis mencoba mengungkapkan pola pendidikan Islam periode Rasulullah SAW yang dapat dibedakan menjadi dua fase, yaitu fase Makkah dan fase Madinah.[1]

B.     Fase Makkah
Sebelum Nabi Muhammad memulai tugasnya sebagai rasul, yaitu melaksanakan pendidikan Islam terhadap umatnya. Allah telah mendidik dan mempersiapkan untuk melaksanakan tugas tersebut secara sempurna, melalui pengalaman, pengalaman serta peran sertanya dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan budayanya. Dengan potensi fitrahnya yang luar biasa, ia mampu secara sadar mengadakan penyesuaian diri dengan masyarakat lingkungan budayanya, tetapi tidak larut sama sekali kedalamnya. Ia mampu menyelami kehidupan masyarakatnya, dan dengan potensi fitrahnya yang luar biasa mampu mempertahankan keseimbangan dirinya untuk tidak hanhyut terbawa arus budaya masyarakatnya. Bahkan ia mampu menemukan mutiara-mutiara Ibrahim yang sudah tenggelam dalam lumpur budaya masyarakat tersebut. Dalam usahanya menemukan kembali mutiara warisan Nabi Ibrahim, Muhammad menempuh jalan merenung dan memikirkan keadaan dan situasi masyarakat sekitarnya.
Diantara tradisi yang terdapat dikalangan masyarakatnya, yang rupanya juga warisan Ibrahim, adalah tradisi bertahannus, yaitu sesuatu cara menjauhkan diri dari keramaian orang, berkhalwat dan mendekatkan diri kepada Tuhan, dengan bertapa dan berdo’a mengharapkan diberi rizki dan pengetahua. Muhammad pun sering melakukan tahannus ini, untuk mendapatkan petunjuk dan kebenaran dari Tuhan. Ia sering melakukan tahannus tersebut di Gua Hira’. Disanalah ia menapatkan apa yang dicarinya. Yaitu kebenaran dan petunjuk yang berasal dari Allah. Disana pulalah Muhammad dilantik oleh Allah menjadi rasul, menjadi pendidik bagi umatnya.[2]
1.      Tahapan Pendidikan Islam pada Fase Makkah[3]
a.       Tahap Pendidikan Islam Secara Rahasia dan Perorangan
Pada awal turunnya wahyu pertama al-Qur’an surat 96 ayat 5, pola pendidikan yang dilakukan adalah secara sembunyi-sembunyi, mengingat kondisi social-politik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik istrinya, Khadijah untuk beriman kepada dan menerima petunjuk dari Allah, kemudian diikuti oleh anak angkatnya Ali Ibn Abi Thalib dan Zaid ibn Haritsah. Kemudian sahabat karibnya Abu Bakar Siddiq. Secara berangsur-angsur ajakan tersebut disampaikan secara meluas, tetapi masih terbatas dikalangan keluarga dekat dari suku Quraisy saja. Seperti Usman ibn Affan, Zubair ibn Awan, Sa’ad ibn Abi Waqas, Abdurrahman ibn Auf, Thalhah ibn Ubaidillah, Abu Ubaidillah ibn Jahrah, Arqam ibn Arqam, Fatimah binti Khattab, Said bin Zaid, dan beberapa orang lainnya, mereka semua tahap awal ini disebut Assabiquna al awwalun, artinya orang-orang yang mula-mula masuk Islam. Sebagai lembaga pendidikan dan pusat kegiatan pendidikan Islam yang pertama pada era awal ini adalah rumah Arqam ibn Arqam.
b.      Tahap Pendidikan Islam Secara Terang-Terangan
Pendidikan secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama tiga tahun, sampai turun waktu berikutnya, yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan. Ketika wahyu tersebut turun, beliau mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul di bukit shafa, menyerukan agar barhati-hati terhadap azab yang keras dikemudian hari (hari kiamat) bagi orang-orang yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan Muhammad sebagai utusan-Nya. Seruan tersebut dijawab Abu Lahab, celakah kamu Muhammad! Untuk inikah kamu mengumpulkan kami? Saat turum wahyu menjelaskan perihal Abu Lahab dan istrinya.
Perintah dakwah secara terang-tengan dilakukan oleh Rasulullah, seiring dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah, karena diyakini dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah, karena diyakini dengan dakwah tersebut banyak kaum Quraisy yang akan masuk agama Islam. Disamping itu, keberadaan rumah Arqam ibn Arqam sebagai pusat dan lembaga pendidikan Islam sudah diketahui oleh kafir Quraisy.
c.       Tahap Pendidikan Islam untuk Umum
Hasil seruan dakwah secara terang-terangan yang terfokus kepada keluarga dekat, kelihatannya belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka, Rasulullah mengubah stategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada keluarga dekat beralih kepada seruan umum umat manusia secara keseluruhan. Seruan dalam skala “internasional” tersebut didasarkan kepada perintah Allah, surat al-Hijr Ayat  94-95. Sebagai tindak lanjut dari perintah tersebut dari perintah tersebut, pada musim haji Rasulullah mendatangi kemah-kemah para jamaah haji. Pada awalnya tidak banyak yang menerima, kecuali sekelompok jama’ah haji dari  Yatsrib, kabila Khazraj yang menerima dakwah secara antusias. Dari sinilah sinar Islam memancar keluar Makkah.
Penerimaan masyarakat Yatsrib terhadap ajaran Islam secara antusias tersebut dikarenakan beberap factor:
1)      Adanya kabar dari kaum Yahudi akan lahirnya seorang Rasul,
2)      Suku Aus dan Khazraj mendapat tekanan dan ancaman dari kelompok yahudi,
3)      Konflik antara Khazraj dan Aus yang berkelanjutan dalam rentang waktu yang sudah lama, oleh karena itu mereka mengharapkan seorang pemimpin yang mampu melindungi dan mendamaikan mereka.
Berikutnya, dimusim haji pada tahun keduabelas kerasulan nabi Muhammad SAW., Rasulullah didatangi duabelas orang laki-laki dan seorang wanita untuk berikrar kesetiaan, yang dikenal dengan “Bai’ah al-Aqabah 1” mereka berjanji tidak akan menyembah selain kepada Allah SWT., tidak akan mencuri dan berzina, tidak akan membunuh anak-anak, dan menjauhkan perbuatan-perbuatan keji serta fitnah, selalu taat kepada Rasulullah dalam yang benar, dan tidak mendurhakainya terhadap sesuatu yang mereka tidak inginkan.
Berkat semangat yang tinggi para sahabat dalam berdakwah, sehingga seluruh pendusuk yastrib masuk islam kecuali orang-orang Yahudi. Musim haji berikutnya 73 orang jamaah haji mendatangi Rasulullah dan menetapkan keimanan kepada Allah dan RasulNya ditempat yang sama dengan "Baiah al-Aqabah I" tahun lalu, yang dikenal "Baiah al-Aqabah II" dan mereka bersepakat akan memboyong Rasulullah ke Yastrib.
2.      Materi Pendidikan Islam
a.       Pendidikan tauhid, dalam teori dan praktek
Sebagaimana dikemukakan tugas kerasulannya, berhadapan dengan nilai-nilai warisan Ibrahim yang telah banyak menyimpang dari yang sebenarnya. Muhammad memperoleh kesadaran dan penghayatan yang mantab tentang ajaran tauhid, yang intisarinya adalah yang sebagaimana tercermin dalam surah Al-Fatihah.
b.      Pengajaran Al-Qur’an di Makkah
Al-Qur’an adalah merupakan intisari dan sumber pokok dari ajaran Islam yang disampaikan Muhammad SAW kepada umatnya. Ada beberapa faktor yang memungkinkan Muhammad mengajarkan Al-Qur’an dengan baik dan sempurna. Masyarakat bangsa Arab pada masa itu dikenal sebagai masyarakat yang ummi yang pada umumnya tidak dapat menulis dan membaca. Hanya beberapa orang saja yang dapat menulis dan membaca, memberi indikasi bahwa baca tulis belum membudidaya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Tradisi budaya mereka adalah tradisi budaya lisan, warisan budaya mereka diwariskan pula secara lisan. Mereka mempunyai mempunyai tradisi menghafal syair-syair dan puisi-puisi yang indah, nasab (urutan garus keturunan) pun mereka hafalkan. Mereka mewariskan tradisi tersebut secara lisan, sehingga kepandaian membaca dan menulis tidak merupakan hal yang penting dalam tradisi budaya mereka. Dengan tradisi lisan tersebut, mereka terkenal sebagai orang-orang yang kuat hafalan.[4]
3.      Metode Pendidikan Islam
Diantara metode pendidikan yang dilakukan Rasulullah antara lain: metode ceramah, dialog, diskusi atau tanya jawab, metode perumpamaan, metode kisah, metode pembiasaan, serta metode hafalan.
Dalam buku "Tarbiyah Islamiyah" yang ditulis oleh Najb Khalid al-Amar mengatakan bahwa pendidikan yang dilakukan Nabi pada periode Makkah dan Madinah, adalah (1) melalui teguran langsung (2) melalui sindiran (3) pemutusan dari jamaah (4) melalui perbandingan kisah orang orang terdahulu.[5]
4.      Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum yang digunakan Rasulullah periode Makkah maupun Madinah adalah al-Qur'an yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, kejadian dan peristiwa yang dialami saat itu. Hasilnya dapat dilihat dari sikap rohani dan mental para pengikutnya.[6]
5.      Lembaga Pendidikan Islam
Pada fase Makkah ada dua macam tempat : (1) Rumah Arqam ibn Arqam, tempat pertama berkumpulnya kaum muslimin bersama Rasulullah untuk beljar hukum dan dasar dasar ajaran Islam. Rumah ini merupakan lembga pendidikan pertama atau madrasah yang pertama. (2) Kuttab. Pendidikan di kuttab pada awalnya lebih terfokus pada materi baca tulis sastra, syair arab, dan pembelajaran berhitung, namun setelah islam datang ditambah dengan materi baca tulis al-Qur'an dan memahami hukum hukum islam.[7]

C.    Fase Madinah
Kedatangan Nabi Muhammad SAW bersama kaum muslimin Makkah, disambut gembira dan penuh rasa persaudaraan oleh penduduk Madinah. Hijrah dari Makkah ke Madinah bukan hanya sekedar berpindah dan menghindarkan diri dari tekanan dan ancaman kaum Quraisy dan penduduk Makkah yang tidak menghendaki pembaharuan terhadap ajarn nenek moyang mereka, tetapi juga mengandung maksud untuk mengatur potensi dan menyusun kekuatan dalam menghadapi tantangan-tantangan lebih lanjut, sehingga akhirnya nanti terbentuk masyarakat baru yang didalamnya bersinar kembali mutiara tauhid warisan Ibrahim yang akan disempurnakan oleh Muhammad SAW melalui wahyu Allah.[8]

1.      Lembaga Pendidikan Islam
Program pertama saat Rasulullah hijrah di Madinah adalah pembuatan sebuah masjid. Masjid itulah pusat kegiatan Nabi Muhammad bersama kaum muslimin, untuk secara bersama membina masyarakat baru, masyarakat yang disinari oleh tauhid , dan mencerminkan persatuan dan kesatuan umat. Salah satu kebijakannya adalah disyariatkan media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu sholat Jum'at yang dilaksanakan secara berjamaah dan adzan.
2.      Materi Pendidikan Islam di Madinah
a.       Pembentukan dan pembinaan masayarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik
Masalah pertama yang dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW dan kaum Muhajirin, adalah tempat tinggal. Untuk sementara kaum Muhajirin bisa menginap dirumah-rumah kaum Ansor, tetapi beliau sendiri memerlukan tempat khusus ditengah-tengah umatnya sebagai pusat kegiatan. Sekaligus sebagai lambang persatuan dan kesatuan diantara kedua kelompok masyarakat yang mempunyai latar belakangkehidupan yang berbeda.
Tugas selanjutnya yang dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW adalah membina dan mengembangkan persatuan dan kesatuan masyarakat Islam yang baru tumbuh tersebut, sehingga mewujudkan satu kesatuan sosial dan satu kesatuan politik. Kaum Muhajirin dan kaum Ansor yang berasal dari daerah yang berbeda dengan membawa adat kebiasaan yang bebrbeda pula sebelum bersatu membentuk masyarakat Islam, berasal dari suku-suku bangsa yang sering berselisih. [9]
b.      Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa Konstitusi Madinah telah membentuk kaum muslimin Madinah menjadi satu kesatuan sosial politik yang berdaulat. [10]
c.       Pendidikan anak dalam Islam
Anak adalah merupakan bagian dari kehidupan keluarga, yang meruakan hasil dari hubungan cinta kasih yang murni dari suami isteri menurut ketentuan Allah. Ia merupakan amanat Allah kepada orang tua untuk dipelihara, didik dan diajar agar menjadi manusia saleh. Al-Qur’an menjelaskannya pada QS. Al-A’raf ayat 189.[11]
d.      Pendidikan Hankam (pertahanan dan keamanan) dakwah Islam
Setelah berlakunya Konstitusi Madinah, maka kaum muslimin secara resmi menjadi satu kesatuan soaial dan politik atau masyarakat yang berdaulat sendiri, dan diakui kedaulatannya oleh masyarakat sekelilingnya.[12]


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
·         Kondisi sosio kultural masyarakat Arab  pra-Islam. Terutama pada masyarakat Makkah dan Madinah sangat memengaruhi pola pendidikan periode Rasulullah di Makkah dan Madinah. Secara kuantitas orang-orang yang masuk Islam pada fase Makkah lebih sedikit dari pada fase Madinah.
·         Sebelum Muhammad memulai tugasnya sebagai rasul, yaitu melaksanakan pendidikan Islam terhadap umatnya. Allah telah mendidik dan mempersiapkan untuk melaksanakan tugas tersebut secara sempurna, melalui pengalaman, pengalaman serta peran sertanya dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan budayanya.
1.      Tahapan Pendidikan Islam pada Fase Makkah
a.       Tahap Pendidikan Islam Secara Rahasia dan Perorangan
b.      Tahap Pendidikan Islam Secara Terang-Terangan
c.       Tahap Pendidikan Islam untuk Umum
2.      Materi Pendidikan Islam
a.       Pendidikan tauhid, dalam teori dan praktek
b.      Pengajaran Al-Qur’an di Makkah
3.      Kurikulum Pendidikan Islam
4.      Lembaga Pendidikan Islam
·         Kedatangan Nabi Muhammad SAW bersama kaum muslimin Makkah, disambut gembira dan penuh rasa persaudaraan oleh penduduk Madinah
1.      Lembaga Pendidikan Islam
2.      Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan
3.      Pendidikan anak dalam Islam
4.      Pendidikan Hankam (pertahanan dan keamanan) dakwah Islam



B.     Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan, hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan, literature dan lain sebagainya, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Nizar, Syamsul. 2007. Sejarah Pendidikan Islam (menelusuri jejak sejarah pendidikan era rasulullah sampai indonesia). Jakarta: Kencana
Zuhairini, dkk. 2004. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara



[1] Syamsul nizar, sejarah pendidikan islam (menelusuri jejak sejarah pendidikan era rasulullah sampai indonesia), kencana, jakarta, 2007 hlm. 30
[2] Zuhairini, dkk, sejarah pendidikan islam, PT Bumi Aksara, jakarta, 2004, hlm.18-19
[3] Op.cit., Syamsul nizar, hlm.32
[4] Op.cit., Zuhairini, hlm 27
[5] Op.cit., Syamsul nizar, hlm.35
[6] Ibid., hlm.36
[7]Ibid., hlm.36
[8] Log.cit., Syamsul nizar, hlm.31-32
[9] Ibid., hlm.32
[10] Ibid., hlm.43
[11] Ibid., hlm.53
[12] Ibid., hlm.60

Tidak ada komentar:

Posting Komentar