MAKALAH
SISTEM PELAKSANAAN PENDIDIKAN ISLAM
PERIODE MAKKAH DAN MADINAH
Disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah sejarah pendidikan Islam
Dosen
pengampu: Mufid, M.Ag

Disusun oleh:
Kelompok 2
1.
Ana Fuadah 213016
2.
Anis Ulfa R 213018
3.
Anisah Sofiyah 213019
Kelas/Semester: A1/VI
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
TAHUN
2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................
i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................
1
A. Latar Belakang....................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah...............................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
2
A. Sosio
kultural Masyarakat Mekkah dan Madinah...............................
2
B. Fase
Makkah.......................................................................................
2
C. Fase
Madinah......................................................................................
7
BAB III PENUTUP.....................................................................................
10
A. Kesimpulan........................................................................................
10
B. Saran ................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Rasulullah adalah pendidik pertama
dan terutama dalam dunia pendidikan islam. Proses transformasi ilmu
pengetahuan, internalisasi nilai-nilai spiritualisme dan bimbingan emosional
yang dilakukan rasulullah dapat dikatakan sebagai mukjizat luar biasa, yang
manusia apa dan dimanapun tidak dapat melakukan hal yang sama.
Hasil pendidikan islam periode
rasulullah terlihat dari kemampuan murid-muridnya (sahabat) yang luar biasa.
Hanya periode rasulullah, fase makkah dan madinah, para aktivis pendidikan
dapat menyerap berbagai teori dan prinsip dasar yang berkaitan dengan pola-pola
pendidikan dan interaksi sosial yang lazim dilaksanakan dalam setiap manajemen
pendidikan islam.
Gambaran dan pola pendidikan islam
periode rasulullah dimakkah dan madinah adalah sejarah masa lalu yang perlu
kita ungkapkan kembali, sebagai bahan perbandingan, sumber gagasan, gambaran
strategi menyukseskan pelaksanaan proses pendidikan islam. Pola pendidikan masa
rasulullah , tidak terlepas dari metode, evaluasi, materi, kurikulum,
pendidikan, peserta didik, lembaga, dasar, tujuan dan sebagainya yang
berhubungan dengan pelaksanaan pendidikan islam, baik secara teoritis maupun
praktis.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
sosial kultural masyarakat makkah dan madinah?
2.
Bagaimana
pelaksanaan pendidikan islam periode makkah?
3.
Bagaimana
pelaksanaan pendidikan islam periode madinah?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sosio
kultural Masyarakat Mekkah dan Madinah
Kondisi sosio kultural masyarakat Arab pra-Islam. Terutama pada masyarakat Makkah
dan Madinah sangat memengaruhi pola pendidikan periode Rasulullah di Makkah dan
Madinah. Secara kuantitas orang-orang yang masuk Islam pada fase Makkah lebih
sedikit dari pada fase Madinah. Hal tersebut diantaranya disebabkan oleh watak
dan budaya nenek moyang mereka, sedangkan masyarakat Madinah lebih mudah
dimasuki ajaran Islam karena saat kondisi masyarakat, khususnya Aus dan
Khajraz, sangat membutuhkan seorang pemimpin, untuk melenturkan pertikaian
sesame mereka dan sebagai “pelindung” dari ancaman kaum yahudi, disamping sifat
penduduknya yang lebih ramah yang dilator belakangi kondisi geografis yang
lebih nyaman dan subur. Penulis mencoba mengungkapkan pola pendidikan Islam
periode Rasulullah SAW yang dapat dibedakan menjadi dua fase, yaitu fase Makkah
dan fase Madinah.[1]
B.
Fase
Makkah
Sebelum Nabi Muhammad
memulai tugasnya sebagai rasul, yaitu melaksanakan pendidikan Islam terhadap
umatnya. Allah telah mendidik dan mempersiapkan untuk melaksanakan tugas
tersebut secara sempurna, melalui pengalaman, pengalaman serta peran sertanya
dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan budayanya. Dengan potensi fitrahnya
yang luar biasa, ia mampu secara sadar mengadakan penyesuaian diri dengan
masyarakat lingkungan budayanya, tetapi tidak larut sama sekali kedalamnya. Ia
mampu menyelami kehidupan masyarakatnya, dan dengan potensi fitrahnya yang luar
biasa mampu mempertahankan keseimbangan dirinya untuk tidak hanhyut terbawa
arus budaya masyarakatnya. Bahkan ia mampu menemukan mutiara-mutiara Ibrahim
yang sudah tenggelam dalam lumpur budaya masyarakat tersebut. Dalam usahanya
menemukan kembali mutiara warisan Nabi Ibrahim, Muhammad menempuh jalan
merenung dan memikirkan keadaan dan situasi masyarakat sekitarnya.
Diantara tradisi yang terdapat
dikalangan masyarakatnya, yang rupanya juga warisan Ibrahim, adalah tradisi bertahannus,
yaitu sesuatu cara menjauhkan diri dari keramaian orang, berkhalwat dan
mendekatkan diri kepada Tuhan, dengan bertapa dan berdo’a mengharapkan diberi
rizki dan pengetahua. Muhammad pun sering melakukan tahannus ini, untuk
mendapatkan petunjuk dan kebenaran dari Tuhan. Ia sering melakukan tahannus
tersebut di Gua Hira’. Disanalah ia menapatkan apa yang dicarinya. Yaitu
kebenaran dan petunjuk yang berasal dari Allah. Disana pulalah Muhammad
dilantik oleh Allah menjadi rasul, menjadi pendidik bagi umatnya.[2]
1. Tahapan
Pendidikan Islam pada Fase Makkah[3]
a. Tahap
Pendidikan Islam Secara Rahasia dan Perorangan
Pada
awal turunnya wahyu pertama al-Qur’an surat 96 ayat 5, pola pendidikan yang dilakukan
adalah secara sembunyi-sembunyi, mengingat kondisi social-politik yang belum
stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula
Rasulullah mendidik istrinya, Khadijah untuk beriman kepada dan menerima
petunjuk dari Allah, kemudian diikuti oleh anak angkatnya Ali Ibn Abi Thalib
dan Zaid ibn Haritsah. Kemudian sahabat karibnya Abu Bakar Siddiq. Secara
berangsur-angsur ajakan tersebut disampaikan secara meluas, tetapi masih
terbatas dikalangan keluarga dekat dari suku Quraisy saja. Seperti Usman ibn
Affan, Zubair ibn Awan, Sa’ad ibn Abi Waqas, Abdurrahman ibn Auf, Thalhah ibn
Ubaidillah, Abu Ubaidillah ibn Jahrah, Arqam ibn Arqam, Fatimah binti Khattab,
Said bin Zaid, dan beberapa orang lainnya, mereka semua tahap awal ini disebut Assabiquna al awwalun, artinya
orang-orang yang mula-mula masuk Islam. Sebagai lembaga pendidikan dan pusat
kegiatan pendidikan Islam yang pertama pada era awal ini adalah rumah Arqam ibn
Arqam.
b. Tahap
Pendidikan Islam Secara Terang-Terangan
Pendidikan
secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama tiga tahun, sampai turun waktu
berikutnya, yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan.
Ketika wahyu tersebut turun, beliau mengundang keluarga dekatnya untuk
berkumpul di bukit shafa, menyerukan agar barhati-hati terhadap azab yang keras
dikemudian hari (hari kiamat) bagi orang-orang yang tidak mengakui Allah
sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan Muhammad sebagai utusan-Nya. Seruan tersebut
dijawab Abu Lahab, celakah kamu Muhammad!
Untuk inikah kamu mengumpulkan kami? Saat turum wahyu menjelaskan perihal
Abu Lahab dan istrinya.
Perintah
dakwah secara terang-tengan dilakukan oleh Rasulullah, seiring dengan jumlah sahabat
yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah, karena diyakini
dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan
dakwah, karena diyakini dengan dakwah tersebut banyak kaum Quraisy yang akan masuk
agama Islam. Disamping itu, keberadaan rumah Arqam ibn Arqam sebagai pusat dan lembaga
pendidikan Islam sudah diketahui oleh kafir Quraisy.
c. Tahap
Pendidikan Islam untuk Umum
Hasil
seruan dakwah secara terang-terangan yang terfokus kepada keluarga dekat,
kelihatannya belum maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka, Rasulullah
mengubah stategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada keluarga dekat beralih
kepada seruan umum umat manusia secara keseluruhan. Seruan dalam skala
“internasional” tersebut didasarkan kepada perintah Allah, surat al-Hijr
Ayat 94-95. Sebagai tindak lanjut dari
perintah tersebut dari perintah tersebut, pada musim haji Rasulullah mendatangi
kemah-kemah para jamaah haji. Pada awalnya tidak banyak yang menerima, kecuali sekelompok
jama’ah haji dari Yatsrib, kabila Khazraj
yang menerima dakwah secara antusias. Dari sinilah sinar Islam memancar keluar Makkah.
Penerimaan
masyarakat Yatsrib terhadap ajaran Islam secara antusias tersebut dikarenakan
beberap factor:
1) Adanya
kabar dari kaum Yahudi akan lahirnya seorang Rasul,
2) Suku
Aus dan Khazraj mendapat tekanan dan ancaman dari kelompok yahudi,
3) Konflik
antara Khazraj dan Aus yang berkelanjutan dalam rentang waktu yang sudah lama,
oleh karena itu mereka mengharapkan seorang pemimpin yang mampu melindungi dan
mendamaikan mereka.
Berikutnya,
dimusim haji pada tahun keduabelas kerasulan nabi Muhammad SAW., Rasulullah
didatangi duabelas orang laki-laki dan seorang wanita untuk berikrar kesetiaan,
yang dikenal dengan “Bai’ah al-Aqabah 1” mereka
berjanji tidak akan menyembah selain kepada Allah SWT., tidak akan mencuri dan
berzina, tidak akan membunuh anak-anak, dan menjauhkan perbuatan-perbuatan keji
serta fitnah, selalu taat kepada Rasulullah dalam yang benar, dan tidak
mendurhakainya terhadap sesuatu yang mereka tidak inginkan.
Berkat semangat yang tinggi para sahabat dalam berdakwah, sehingga seluruh pendusuk yastrib masuk islam kecuali orang-orang Yahudi.
Musim haji berikutnya 73 orang jamaah haji mendatangi Rasulullah dan menetapkan
keimanan kepada Allah dan RasulNya ditempat yang sama dengan "Baiah
al-Aqabah I" tahun lalu, yang dikenal "Baiah al-Aqabah II" dan
mereka bersepakat akan memboyong Rasulullah ke Yastrib.
2. Materi Pendidikan Islam
a.
Pendidikan
tauhid, dalam teori dan praktek
Sebagaimana dikemukakan tugas kerasulannya, berhadapan dengan
nilai-nilai warisan Ibrahim yang telah banyak menyimpang dari yang sebenarnya.
Muhammad memperoleh kesadaran dan penghayatan yang mantab tentang ajaran
tauhid, yang intisarinya adalah yang sebagaimana tercermin dalam surah
Al-Fatihah.
b.
Pengajaran
Al-Qur’an di Makkah
Al-Qur’an adalah merupakan intisari dan sumber pokok dari ajaran
Islam yang disampaikan Muhammad SAW kepada umatnya. Ada beberapa faktor yang
memungkinkan Muhammad mengajarkan Al-Qur’an dengan baik dan sempurna.
Masyarakat bangsa Arab pada masa itu dikenal sebagai masyarakat yang ummi yang
pada umumnya tidak dapat menulis dan membaca. Hanya beberapa orang saja yang dapat
menulis dan membaca, memberi indikasi bahwa baca tulis belum membudidaya dalam
kehidupan mereka sehari-hari.
Tradisi budaya mereka adalah tradisi budaya lisan, warisan budaya
mereka diwariskan pula secara lisan. Mereka mempunyai mempunyai tradisi
menghafal syair-syair dan puisi-puisi yang indah, nasab (urutan garus
keturunan) pun mereka hafalkan. Mereka mewariskan tradisi tersebut secara
lisan, sehingga kepandaian membaca dan menulis tidak merupakan hal yang penting
dalam tradisi budaya mereka. Dengan tradisi lisan tersebut, mereka terkenal
sebagai orang-orang yang kuat hafalan.[4]
3. Metode Pendidikan Islam
Diantara metode pendidikan yang dilakukan Rasulullah antara lain:
metode ceramah, dialog, diskusi atau tanya jawab, metode perumpamaan, metode
kisah, metode pembiasaan, serta metode hafalan.
Dalam buku "Tarbiyah Islamiyah" yang ditulis oleh Najb
Khalid al-Amar mengatakan bahwa pendidikan yang dilakukan Nabi pada periode
Makkah dan Madinah, adalah (1) melalui teguran langsung (2) melalui sindiran
(3) pemutusan dari jamaah (4) melalui perbandingan kisah orang orang terdahulu.[5]
4. Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum yang digunakan Rasulullah periode Makkah maupun Madinah
adalah al-Qur'an yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, kejadian dan
peristiwa yang dialami saat itu. Hasilnya dapat dilihat dari sikap rohani dan
mental para pengikutnya.[6]
5. Lembaga Pendidikan Islam
Pada fase Makkah ada dua macam tempat : (1) Rumah Arqam ibn Arqam,
tempat pertama berkumpulnya kaum muslimin bersama Rasulullah untuk beljar hukum
dan dasar dasar ajaran Islam. Rumah ini merupakan lembga pendidikan pertama
atau madrasah yang pertama. (2) Kuttab. Pendidikan di kuttab pada awalnya lebih
terfokus pada materi baca tulis sastra, syair arab, dan pembelajaran berhitung,
namun setelah islam datang ditambah dengan materi baca tulis al-Qur'an dan
memahami hukum hukum islam.[7]
C. Fase Madinah
Kedatangan Nabi Muhammad SAW bersama
kaum muslimin Makkah, disambut gembira dan penuh rasa persaudaraan oleh penduduk
Madinah. Hijrah dari Makkah ke Madinah bukan hanya sekedar berpindah dan
menghindarkan diri dari tekanan dan ancaman kaum Quraisy dan penduduk Makkah
yang tidak menghendaki pembaharuan terhadap ajarn nenek moyang mereka, tetapi
juga mengandung maksud untuk mengatur potensi dan menyusun kekuatan dalam
menghadapi tantangan-tantangan lebih lanjut, sehingga akhirnya nanti terbentuk
masyarakat baru yang didalamnya bersinar kembali mutiara tauhid warisan Ibrahim
yang akan disempurnakan oleh Muhammad SAW melalui wahyu Allah.[8]
1. Lembaga Pendidikan Islam
Program pertama saat Rasulullah hijrah di Madinah adalah pembuatan
sebuah masjid. Masjid itulah pusat kegiatan Nabi Muhammad bersama kaum
muslimin, untuk secara bersama membina masyarakat baru, masyarakat yang disinari
oleh tauhid , dan mencerminkan persatuan dan kesatuan umat. Salah satu
kebijakannya adalah disyariatkan media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu
sholat Jum'at yang dilaksanakan secara berjamaah dan adzan.
2. Materi Pendidikan Islam di Madinah
a.
Pembentukan dan
pembinaan masayarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik
Masalah pertama yang dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW dan kaum
Muhajirin, adalah tempat tinggal. Untuk sementara kaum Muhajirin bisa menginap
dirumah-rumah kaum Ansor, tetapi beliau sendiri memerlukan tempat khusus
ditengah-tengah umatnya sebagai pusat kegiatan. Sekaligus sebagai lambang
persatuan dan kesatuan diantara kedua kelompok masyarakat yang mempunyai latar
belakangkehidupan yang berbeda.
Tugas selanjutnya yang dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW adalah
membina dan mengembangkan persatuan dan kesatuan masyarakat Islam yang baru
tumbuh tersebut, sehingga mewujudkan satu kesatuan sosial dan satu kesatuan
politik. Kaum Muhajirin dan kaum Ansor yang berasal dari daerah yang berbeda dengan
membawa adat kebiasaan yang bebrbeda pula sebelum bersatu membentuk masyarakat
Islam, berasal dari suku-suku bangsa yang sering berselisih. [9]
b.
Pendidikan
sosial politik dan kewarganegaraan
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa Konstitusi Madinah telah
membentuk kaum muslimin Madinah menjadi satu kesatuan sosial politik yang
berdaulat. [10]
c.
Pendidikan anak
dalam Islam
Anak adalah merupakan bagian dari kehidupan keluarga, yang meruakan
hasil dari hubungan cinta kasih yang murni dari suami isteri menurut ketentuan
Allah. Ia merupakan amanat Allah kepada orang tua untuk dipelihara, didik dan
diajar agar menjadi manusia saleh. Al-Qur’an menjelaskannya pada QS. Al-A’raf
ayat 189.[11]
d.
Pendidikan
Hankam (pertahanan dan keamanan) dakwah Islam
Setelah
berlakunya Konstitusi Madinah, maka kaum muslimin secara resmi menjadi satu
kesatuan soaial dan politik atau masyarakat yang berdaulat sendiri, dan diakui
kedaulatannya oleh masyarakat sekelilingnya.[12]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Kondisi sosio kultural masyarakat
Arab pra-Islam. Terutama pada masyarakat
Makkah dan Madinah sangat memengaruhi pola pendidikan periode Rasulullah di
Makkah dan Madinah. Secara kuantitas orang-orang yang masuk Islam pada fase
Makkah lebih sedikit dari pada fase Madinah.
·
Sebelum
Muhammad memulai tugasnya sebagai rasul, yaitu melaksanakan pendidikan Islam
terhadap umatnya. Allah telah mendidik dan mempersiapkan untuk melaksanakan
tugas tersebut secara sempurna, melalui pengalaman, pengalaman serta peran
sertanya dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan budayanya.
1. Tahapan
Pendidikan Islam pada Fase Makkah
a.
Tahap Pendidikan Islam Secara Rahasia
dan Perorangan
b.
Tahap Pendidikan Islam Secara
Terang-Terangan
c.
Tahap Pendidikan Islam untuk Umum
2. Materi Pendidikan Islam
a. Pendidikan tauhid, dalam teori dan praktek
b.
Pengajaran
Al-Qur’an di Makkah
3. Kurikulum Pendidikan Islam
4. Lembaga Pendidikan Islam
·
Kedatangan Nabi
Muhammad SAW bersama kaum muslimin Makkah, disambut gembira dan penuh rasa
persaudaraan oleh penduduk Madinah
1. Lembaga Pendidikan Islam
2.
Pendidikan
sosial politik dan kewarganegaraan
3.
Pendidikan anak
dalam Islam
4.
Pendidikan
Hankam (pertahanan dan keamanan) dakwah Islam
B.
Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan-kekurangan, hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan,
literature dan lain sebagainya, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Nizar, Syamsul.
2007. Sejarah Pendidikan Islam (menelusuri jejak sejarah pendidikan era
rasulullah sampai indonesia). Jakarta: Kencana
Zuhairini, dkk.
2004. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar